korban-pelecehan-seksual-wanita-lebih-rentan-terkena-penyakit-hipertensi

SmashNews - Semakin hari semakin bertambah kasus pelecehan seksual belakangan ini semakin banyak yang sudah terbongkar. Terbaru dan sedang menjadi sorotan adalah anak dari seorang Kiai di Jombang, Jawa Timur. Setelah dikepung hampir seharian di Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso, tepat pukul 23.00 WIB, Much Subchi Azal Tzani (MSAT) menyerahkan diri dan dibawa ke Polda Jawa Timur untuk menjalani proses penegakan hukum lebih lanjut.


"Saudara MSA dibawa ke Polda Jawa Timur, saat ini tim bersama dengan yang bersangkutan sedang dalam perjalanan ke Jawa Timur. Perkembangan besok kami sampaikan," ujar Irjen Pol Nico Afinta Kapolda Jawa Timur, dikutip dari SmashNews, Jumat (8/7/22).



Dampak pelecehan seskual


Pelecehan seksual berdampak pada kesehatan fisik dan mental korbannya. Sebuah studi yang terbit pada Februari 2022, menemukan bahwa wanita korban pelecehan seksual lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi. Trauma yang dimiliki oleh para korban pelecehan seksual, menjadi pemicu penyakit hipertensi, yang menjadi faktor terjadinya serangan jantung dan stroke.


Penelitian yang dituliskan di Journal of the American Heart Association ini, mempelajari kondisi 33.127 wanita selama tujuh tahun.

Menurut data rata-rata, usia partisipan wanita dalam studi ini 53 tahun. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengalami hipertensi atau penyakit jantung saat studi pertama kali dilakukan.


Akan tetapi saat akhir penelitian, sebanyak 7.096 wanita atau sekitar 21 persen, mengalami tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi 12% lebih banyak ditemukan pada wanita yang pernah menjadi korban kekerasan seksual.

Sedangkan 6% lainnya, pernah mengalami pelecehan seksual. Sementara wanita yang mengalami keduanya, memiliki peluang 17% lebih besar terkena hipertensi.


"Kami telah lama memahami bahwa stres terkait dengan tekanan darah tinggi," kata Rebecca Thurston, PhD, profesor psikiatri dan direktur Program Penelitian Kesehatan Biobehavioral Wanita di University of Pittsburgh.


"Baru-baru ini ada lebih banyak perhatian pada pelecehan atau kekerasan seksual, penyebab stres utama yang dialami oleh banyak wanita, dan implikasinya terhadap kesehatan jantung," sambungnya dikutip dari Everyday Health. Menurutnya, hasil penelitiannya bertujuan untuk menggarisbawahi betapa berbahayanya pengalaman kekerasan seksual bagi kesehatan jantung wanita.


Selain penelitian yang terbit di jurnal AHA, ada juga studi serupa yang dipublikasinkan di Social Science and Medicine.

Penelitian itu mempelajari hubungan antara tekanan darah tinggi dengan beberapa faktor risiko, seperti pelecehan seksual, diskriminasi ras, kekerasan di tempat kerja, dan paparan polutan beracun. Dari sekian banyak faktor risiko, hanya pelecehan seksual yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.


Hasil yang sama juga dapat ditemukan oleh para peneliti yang menerbitkan studinya di JAMA Internal Medicine, pada 2019. Rebecca Lawn, PhD, seorang epdemiolog di Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston, menjelaskan kaitan antara trauma pelecehan seksual dengan hipertensi.


Menurutnya, kedua hal tersebut saling berkaitan. Trauma yang dirasakan oleh para korban membuat sistem saraf simpatik tubuh menjadi overdrive.

Sehingga muncul respon fight-or-flight (hadapi atau lari) yang mengarah pada peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pengalaman traumatis yang dialami oleh para korban, secara tidak langsung berdampak pada kesehatan jantung. Pada beberapa orang, kejadian ini memicu mereka melakukan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.


"Mencegah kekerasan seksual terhadap perempuan, yang penting dalam dirinya sendiri, juga dapat mengurangi beberapa risiko hipertensi pada perempuan dan menguntungkan kesehatan jantung jangka panjang mereka," jelasnya.







Sumber : Jurnal Of Asosiaction American

Mungkin Anda Suka