kolaborasi-balman-olivier-rousteing-dan-jean-paul-gaultier

SmashNews - Sejak mengumumkan pengunduran dirinya dari mode pada tahun 2020, Jean Paul Gaultier memilih untuk mengundang seorang desainer setiap musim untuk menafsirkan estetikanya untuk koleksi haute couturenya. Setelah Chitose Abe dan Glenn Martens, kemarin (6/7), Olivier Rousteing, direktur artistik Balmain, mempresentasikan visinya akan Gaultier Couture.



Berlokasi di kantor pusat Jean Paul Gaultier die Rue Saint Martin, Olivier membagi cuplikan koleksi ini melalui akun Instagramnya beberapa hari sebelum koleksi ini diluncurkan. Dia meminjam ikonografi Gaultier yang terkenal, parfum Le Male dan Classique, dan menjadikannya elemen-elemen fesyen yang bisa dikenakan, seperti misalnya menjadikan botol parfum sebagai hak sepatu.

 

Le Male, yang hingga saat ini masih menjadi salah satu parfum pria terlaris sepanjang masa, dibuat oleh Francis Kurkdjian, seorang ahli parfum dan diluncurkan di tahun 1995.

 

Sejak kemunculannya, Le Male menjadi salah satu ikon Gaultier yang paling terkenal, dengan botol biru berbentuk torso pria dengan garis-garis marinière, motif angkatan laut Prancis berwarna biru-putih, dibungkus dengan kaleng aluminium yang berbentuk silinder.


Tak hanya parfum, Olivier juga menampilkan sederet ikonografi Gaultier lain yang tak kalah inspiratif.


Cone bra yang dia ciptakan untuk Madonna diaplikasikan dalam berbagai versi, mulai dari blazer, gaun, bustier, dan dalam berbagai material, mulai dari kulit hingga rotan.


Olivier juga menggabungkan ide maskulin-feminin dan mengolahnya menjadi tampilan yang memukau. Look yang tampak seperti Joan of Arc berupa gaun korset yang dilengkapi dengan baju besi mengindiagatkan pada sebuah exit yang dibuat untuk 'Tattooings', yakni koleksi Gaultier untuk musim panas 1994.


Sebuah gaun dibuat dengan bulu-bulu yang mencuat dari korset, mengingatkan pada bolero bulu dari tahun 1997 yang dikenakan oleh Dana Internationa, penyanyi Israel saat  mengikuti Kontes Lagu Eurovision pada tahun 1998.


Panniers, elemen gaun modis abad kedelapan belas, yang berevolusi dari bum roll abad keenam belas, dibuat untuk menambah volume dan karena itu penting untuk membentuk siluet wanita yang sensual, yang juga untuk menciptakan ilusi pinggang yang sempit.


Olivier menciptakannya kembali tidak hanya dalam bentuk aslinya, tetapi juga sebagai fitur arsitektural untuk setelan jas di mana kerah dan dasi maskulin sangat kontras dengan feminitas pinggul. Look ini juga merupakan ode untuk koleksi couture Gaultier untuk musim panas 1998.

A model wears a creation as part of Jean Paul Gaultier's Haute Couture Fall/Winter 2022-2023 fashion collection presented Wednesday, July 6, 2022 in Paris. (AP Photo/Michel Euler)

 

Jean Paul Gaultier adalah trailblazer fesyen yang penuh semangat dan sangat berpengaruh karena pendekatannya yang berani, jenaka, dan bahkan revolusioner selama lebih dari setengah abad.

Sebagai perancang busana, dia menggunakan selera humornya yang subversif untuk membuat kita mempertanyakan sikap kita terhadap seks, terutama dalam cara kita menggunakan pakaian untuk menyatakan sikap gender, nilai-nilai sosial dan moralitas budaya.


Banyak juga yang menganggap Jean Paul Gaultier hanyalah pelawak di dunia mode internasional. Namun yang pasti, ia tidak pernah gagal untuk menghasilkan koleksi orisinalitas total yang menginspirasi banyak desainer setelahnya.


Hampir tidak ada tren mode dalam dekade terakhir yang tidak terpengaruh oleh runway Gaultier. Ia adalah tokoh kultus tidak hanya di sekolah fesyen dan seni, tetapi juga dalam imajinasi masyarakat umum - sedemikian rupa sehingga ia telah mencapai penghargaan tertinggi, menjadi nama yang dikenal bahkan di luar lingkaran orang-orang fesyen.

Dengan legacy sebesar nama Gaultier, apa reaksi Olivier saat ia didapuk untuk menjadi desainer tamu Gaultier couture di musim ini?


"Terus terang, saya sangat kaget, merasa terhormat, dan juga sangat excited. Saya hanya ingin Jean Paul bangga akan kreasi saya," ujarnya kepada wartawan di balik panggung.


Pakaian couture semacam ini mengingatkan kita bahwa menjadi perancang busana adalah tentang menyenangkan sebanyak mungkin indera.


Dalam kasus Gaultier, indra penciuman dan perasa sama pentingnya dengan visual, dan penerjemahan Olivier akan karya dan warisan Gaultier adalah sebuah pembuktian bahwa dia adalah Enfant Terrible di generasinya.






Sumber : CNN

Mungkin Anda Suka