bacaan-takbiran-idul-adha-serta-waktu-mengumandangkanya-sesuai-dengan-sunah

SmashNews - Salah satu sunnah dalam Hari Raya Idul Adha ialah mengumandangkan takbir. Takbiran bisa dilakukan mulai 9 Dzulhijjah atau hari Arafah. Abdullah bin Mubarak Al-Bushi mengatakan dalam Ensiklopedi Ijma' Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dalil mengenai kesunnahan takbiran saat hari raya Idul Adha bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dari Jabir dan berdasarkan ijma' para pemuka sahabat.

Menurut pendapat shahih di antara pendapat para ulama, takbiran Idul Adha dapat dilakukan sejak waktu fajar pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah). Beberapa pendapat menyebutnya setelah waktu Ashar.

Berikut bacaan takbiran Idul Adha yang bisa dikumandangkan oleh umat Islam:

Bacaan Takbiran Idul Adha


للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد

Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd

Artinya: "Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar, Allah maha besar dan segala puji bagi Allah."

Selain itu, ada bacaan takbiran Idul Adha dalam versi panjang, berikut lafaznya:

للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد

اللهُ اكبَرْ كبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا، لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه، مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن، وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون، وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن، وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن، لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه، صَدَق ُوَعْدَه، وَنَصَرَ عبْدَه، وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه، لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر، اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْ

Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd

Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wasubhaanallaahi bukrataw wa ashillaa. Laailaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu. Mukhlishiina lahuddiin walau karihal kaafiruun. Walau karihal munafiqun. Walau karihal musyrikuun.

Laailaahaillallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah wa a'azza jundah, wahazamal ahzaaba wahdah.

Laailaahaillallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahilhamd.

Artinya: "Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar, Allah maha besar dan segala puji bagi Allah.

Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan ke Esa anNya, Dia zat yang menepati janji, zat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentara-Nya dan menyiksa musuh dengan ke-Esa-anNya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji hanya untuk Allah

Perbedaan Takbir Idul Adha dan Idul Fitri

Perbedaan antara takbiran Idul Adha dan Idul Fitri terletak pada waktu pelaksanaannya. Diberitakan detikHikmah sebelumnya, Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'i dalam Fathul Qarib al-Mujib mengatakan, takbiran Idul Adha termasuk takbir muqayyad, yakni dilakukan dalam waktu khusus.

Takbiran Idul Adha ini dibaca untuk mengiringi salat, setelah melaksanakan salat, baik fardhu maupun sunnah. Waktu membacanya mulai dari selepas salat Subuh hari Arafah hingga Ashar di akhir hari tasyrik.

Sementara itu, takbiran Idul Fitri tidak mengacu pada waktu salat atau harus dibaca setelah menjalankan salat, baik fardhu maupun sunnah. Namun, takbiran dapat dilakukan setiap waktu dalam keadaan apapun.

Takbiran dapat dilakukan setelah terbenamnya matahari malam Id hingga saat imam melaksanakan takbiratul Ihram dalam salat Idul Fitri. Takbir jenis ini disebut takbir mursal.

Imam Syafi'i dalam Kitab Al Umm menjelaskan, semua golongan, baik orang mukim maupun musafir harus mengumandangkan takbir. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Yusuf dari Ubaidah dari Ibrahim, bahwa dia berkata,

"Takbir (takbiran) diharuskan atas orang-orang musafir dan orang-orang mukim, juga atas siapapun yang melakukan salat sendiri, berjamaah, dan juga perempuan."

Wallahu 'Alam.

Sumber : Detik Edu

Mungkin Anda Suka